Aku (akan) Berjalan Seperti Orang Jepang
Seandainya suhu di Bandung ini sepanjang tahun, sepanjang hari, dan sepanjang umur selalu berkisar antara 10 – 20 ºC, maka kemungkinan 90% saya akan selalu jalan bila ke kampus. Sebagaimana diketahui, sembilan dari sepuluh
 percobaan perjalanan menuju kampus, saya menggunakan sepeda motor. 
Sisanya, saya jalan. Itupun sebenarnya bukan untuk urusan kuliah yang 
penting. Padahal, jarak tempat saya tinggal dengan kampus mungkin hanya sekitar 3-4 kilo jika ditempuh dengan berjalan kaki. Rutenya beda antara ditempuh dengan jalan kaki atau dengan kendaraan.
Ke mana yang 10%-nya?
 Yaaaaa…. masih tetap alasan nomor 1, yaitu malas. Ini yang berbahaya 
kalo udara dingin. Saking dinginnya, jadi pengen berkemul terus ama 
selimut. Malah molor akhirnya. 
 
Saya pengen banget meniru gaya hidup orang Jepang.
 Mereka ke mana-mana itu jalan kaki, begitulah dulu yang saya baca di 
suatu buku dan sumber di internet. Coba lihat, sedikit sekali orang Jepang yang gemuk atau yang menderita obesitas. Orang Jepang pada langsing,
 kan? Buat para lelaki, pasti langsung mengakui bahwa wanita-wanita 
Jepang langsing semua. Gak hanya artis-artisnya yang langsing, semua 
penduduk Jepang begitu. Kaki ramping, paha kecil, dan perut rata ga akan susah didapat.
Saya ingat sekarang, salah satu buku yang saya baca. Judulnya “Kenapa Rasulullah SAW Tidak Pernah Sakit?” karangan dr. Ade Hashman. Di buku ini, salah satu bab-nya menjelaskan seperti apa gaya hidup orang Jepang. Salah satunya ya akibat gaya hidup mereka yang aktif.
 Mereka berjalan dengan langkah sangat cepat. Memang sudah dasarnya 
mereka pekerja keras yang ulet, gak heran kalo mereka hidup aktif dengan
 menggantungkan falsafah kebahagiaan hidupnya pada pekerjaan. Gaya hidup
 yang aktif ini jelas selain berpengaruh ke kesehatan dan umur mereka, 
juga berpengaruh ke keadaan ekonomi negara. Masih di buku ini, penulis 
mengatakan bahwa “Jepang negeri ‘Islami’ tanpa muslim“. Ya karena cara hidup mereka yang sangat mirip seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. Subhanallah. 
 
Meskipun udah mulai tahun ini saya rutin menjadwalkan jalan lari pagi seminggu tiga kali, saya rasa masih kurang. Saya 
masih ingin lebih banyak lagi bergerak. Latihan beban (fitness) yang udah setahun saya jalani juga saya rasa masih kurang. Pola makan
 saya juga mulai saya atur, dengan makanan rendah lemak, tinggi protein,
 karbohidrat dan kalori secukupnya. Jeda waktu antara makan malam dan 
waktu tidur saya usahakan berbeda 3 jam. Semua ini sangat sulit, dan 
sangat langka ditemukan pada mahasiswa tingkat akhir yang sedang bergelut dengan Tugas Akhir. Saya berani bertaruh tentang ini. 
  Saya bersyukur sekali, di saat tingkat akhir begini bisa tinggal bersama orang tua. Asupan makanan ga perlu saya pikirkan lagi.
Jadi, bagi para narablog yang menginginkan kaki ramping, paha kecil, dan perut rata,
 mulailah berjalan kaki untuk ke manapun tujuannya. Mulai dulu dari yang
 dekat, seperti mau ke warung dekat rumah buat beli gula, nganter anak 
ke TK, ato ke tempat tukang sayur mangkal. Siapa tahu ini berlanjut 
sampai saat kita mau ke kantor ato ke sekolah. Lama-lama saya yakin kita
 bisa merasa gak enak kalo gak jalan kaki. Saya tahu, hambatan utama di 
negeri ini adalah polusi udara di jalanan dan cuaca yang terik. Tapi, 
saya rasa pengorbanan itu sebanding dengan manfaat yang kakan ita dapatkan, yaitu kesehatan, yang makin lama terasa makin “mahal”.  ^__^
*
Mungkin nanti akan saya tulis mengenai gaya hidup orang Jepang, yang akan saya kutip dari buku yang saya sebutkan di atas. 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar