Sabtu, 28 April 2012

MERASA MALU JADINYA

pagi-pagi (meski harus dibangunin). dengan malesnya aku terbangun. sambil ngerjain kerjaan tiba-tiba aku melihat sosok seorang kakek yang sudah tua reta kuli pikul batu...mirisnya hati ini...dan malu juga he....
kakek-kakek yang sudah tua renta masih semangat menjalani pagi ini...
sedangkan aku...?...
dengan keadaannya yang sudah tidak pantas untuk bekerja (pantasnya dikasih/ disenangkan) di tetap semangat bekerja.. semangat hidupnya benar-benar membara (api kali..)
au coba ngambil foto kakek itu



Padahal ngambil fotonya diam-diam he...
takut ketauan nanti kakeknya tersinggung lagi...
lumayang banyak rintangannya (halah...)harus pura-pura lagi nyapu, pura-pura benerin chargeran, jagain ponakan sambil nyuri-nyuri foto..
dan akhirnya dapat juga..^_^

Jumat, 27 April 2012

Berjalan Seperti Orang Jepang

Aku (akan) Berjalan Seperti Orang Jepang

Seandainya suhu di Bandung ini sepanjang tahun, sepanjang hari, dan sepanjang umur selalu berkisar antara 10 – 20 ÂșC, maka kemungkinan 90% saya akan selalu jalan bila ke kampus. Sebagaimana diketahui, sembilan dari sepuluh percobaan perjalanan menuju kampus, saya menggunakan sepeda motor. Sisanya, saya jalan. Itupun sebenarnya bukan untuk urusan kuliah yang penting. Padahal, jarak tempat saya tinggal dengan kampus mungkin hanya sekitar 3-4 kilo jika ditempuh dengan berjalan kaki. Rutenya beda antara ditempuh dengan jalan kaki atau dengan kendaraan.
Ke mana yang 10%-nya? Yaaaaa…. masih tetap alasan nomor 1, yaitu malas. Ini yang berbahaya kalo udara dingin. Saking dinginnya, jadi pengen berkemul terus ama selimut. Malah molor akhirnya. :lol:
Saya pengen banget meniru gaya hidup orang Jepang. Mereka ke mana-mana itu jalan kaki, begitulah dulu yang saya baca di suatu buku dan sumber di internet. Coba lihat, sedikit sekali orang Jepang yang gemuk atau yang menderita obesitas. Orang Jepang pada langsing, kan? Buat para lelaki, pasti langsung mengakui bahwa wanita-wanita Jepang langsing semua. Gak hanya artis-artisnya yang langsing, semua penduduk Jepang begitu. Kaki ramping, paha kecil, dan perut rata ga akan susah didapat.
Saya ingat sekarang, salah satu buku yang saya baca. Judulnya “Kenapa Rasulullah SAW Tidak Pernah Sakit?” karangan dr. Ade Hashman. Di buku ini, salah satu bab-nya menjelaskan seperti apa gaya hidup orang Jepang. Salah satunya ya akibat gaya hidup mereka yang aktif. Mereka berjalan dengan langkah sangat cepat. Memang sudah dasarnya mereka pekerja keras yang ulet, gak heran kalo mereka hidup aktif dengan menggantungkan falsafah kebahagiaan hidupnya pada pekerjaan. Gaya hidup yang aktif ini jelas selain berpengaruh ke kesehatan dan umur mereka, juga berpengaruh ke keadaan ekonomi negara. Masih di buku ini, penulis mengatakan bahwa “Jepang negeri ‘Islami’ tanpa muslim“. Ya karena cara hidup mereka yang sangat mirip seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. Subhanallah. :)
Meskipun udah mulai tahun ini saya rutin menjadwalkan jalan lari pagi seminggu tiga kali, saya rasa masih kurang. Saya masih ingin lebih banyak lagi bergerak. Latihan beban (fitness) yang udah setahun saya jalani juga saya rasa masih kurang. Pola makan saya juga mulai saya atur, dengan makanan rendah lemak, tinggi protein, karbohidrat dan kalori secukupnya. Jeda waktu antara makan malam dan waktu tidur saya usahakan berbeda 3 jam. Semua ini sangat sulit, dan sangat langka ditemukan pada mahasiswa tingkat akhir yang sedang bergelut dengan Tugas Akhir. Saya berani bertaruh tentang ini. :D Saya bersyukur sekali, di saat tingkat akhir begini bisa tinggal bersama orang tua. Asupan makanan ga perlu saya pikirkan lagi.
Jadi, bagi para narablog yang menginginkan kaki ramping, paha kecil, dan perut rata, mulailah berjalan kaki untuk ke manapun tujuannya. Mulai dulu dari yang dekat, seperti mau ke warung dekat rumah buat beli gula, nganter anak ke TK, ato ke tempat tukang sayur mangkal. Siapa tahu ini berlanjut sampai saat kita mau ke kantor ato ke sekolah. Lama-lama saya yakin kita bisa merasa gak enak kalo gak jalan kaki. Saya tahu, hambatan utama di negeri ini adalah polusi udara di jalanan dan cuaca yang terik. Tapi, saya rasa pengorbanan itu sebanding dengan manfaat yang kakan ita dapatkan, yaitu kesehatan, yang makin lama terasa makin “mahal”.  ^__^
*
Mungkin nanti akan saya tulis mengenai gaya hidup orang Jepang, yang akan saya kutip dari buku yang saya sebutkan di atas. :D

yuk ketularan pola hidup bersihnya jepun…

yuk ketularan pola hidup bersihnya jepun…

Mungkin satu kebiasaan yang sudah tertanam sejak moyangnya jepun adalah budaya bersih..mungkin secara global bisa dikatakan demikian meskipun banyak juga japanese yang jorok jarang mandi ataupun males sikat gigi..tapi kalau melihat lingkungan tempat tinggal di jepang bersih dan hampir hampir susah menemukan lalat ijo di jepang karena semua selokan rata rata bersih dari sampah disamping ketatnya kebijakan pemerintahnya dalam pengolahan sampah dan recycle yang akhir akhir ini memang jepang sendiri lagi gencar gencar memerangi global warming ..
gomi schedulegambar diatas adalah contoh bagaimana ketatnya jepang dalam menerapkan aturan pembuangan sampah..disitu tertulis bagaimana sampah sampah dipisahkan cara pembuangannya ..memang detail dituliskan bagaimana sampah rumah tangga harus dimasukkan dalam plastik tersendiri,.botol dengan warna tersendiri juga,.membuang kertas koran ataupun kardus juga harus terikat erat dan tersendiri,..belum lagi sampah sampah elektronik juga diatur sendiri..memang sangat ketat dan waktu pembuangan sampah nya pun tidak sembarangan karena hari dan jam nya pun diatur juga..semuanya demi untuk mewujudkan lingkungan yang nyaman dan bersih..demi kenyamanan masyarakat yang tinggal di jepang tentunya..
Saya tidak ingin banyak banyak membahas mengenai cara buang sampah di jepang  karena sampahnya pun pasti beda dengan sampah di Indonesia..karena tidak mungkin atau jarang menemui sampah monitor komputer lama atau sampah kulkas yang masih layak pakai kalau di Indonesia ..Hanya ingin menularkan virus virus budaya bersihnya jepang ..Bahwa membuang sampah pada tempatnya bukan lagi sebuah kebiasaan atau hanya pelajaran guru SD kepada murid muridnya tapi sudah merupakan kebiasaan yang menjadi kebudayaan bagi masyarakat jepang untuk mewujudkan kebersihan lingkungan ..
Jadi tidak heran bila di manapaun entah di stasiun kereta api ,terminal,supermarket ,..atau dijalan jalan sangat sulit untuk menemukan sampah yang bertebaran..Hal ini tentunya sangat beda kalau anda pergi ke pasar tradisional yang ada di Indonesia..mengapa pasar tradisional selalu identik dengan lalat ijo atau bau sampah yang menyengat hidung ..mengapa??.karena kesadaran masyarakatnya belum ada dan keinginan mewujudkan lingkungan yang bersih dan nyaman belum tumbuh..
sudut kota kecil
ini hanyalah contoh foto di sebuah sudut kota kecil di japan..bisa dilihat bagaimana bersihnya sudut di kota kecil ini..nyaris tidak ada sampah atau plastik bertebaran ataupun rumput rumput liar yang mengganggu pemandangan ..semuanya meski nampak hanyalah sebuah kota yang sederhana dengan bangunan bangunan sederhana ala kota kecil di jepang tapi kebersihan dan semuanya yang tertata dengan rapi ,selokan selokan yang tidak terlihat,rambu rambu dan dan tanda peringatan jalan yang lengkap membuat kota kecil ini menjadi nyaman ..
Tentunya masih jauh bagi Bangsa Indonesia untuk seperti jepang dalam mewujudkan kebersihan sudut sudut kotanya ..karena selain dukungan pemerintah ,kesadaran masyarakat merupakan yang utama dalam hal ini ..sebagai warga negara Indonesia yang sedikit merasakan kenyamanan akan kebersihan lingkungan negara ini hanya ingin juga menularkan virus virus sadar akan kebersihan lingkungan  untuk mengurangi Image sebagai negeri yang kurang bersih dalam segala hal..
Di luar negeri Indonesia sudah dikotori dengan capnya sebagai negeri korupsi jadi kalau bisa mewujudkan indonesia menjadi negara yang lingkungannya bersih dan nyaman paling nggak image nya akan bergeser sedikit demi sedikit menjadi Indonesia negara yang indah dan bersih..semuanya tergantung dari diri kita ..hidup adalah pilihan mau terus menerus tergenang banjir setiap tahun karena got got yang tersumbat sampah..atau tidak mau repot repot mengepel lantai yang selalu tergenang air di waktu hujan tiba..
Yuk nyolong kebersihan dan kenyamanan lingkungan ala jepang jangan hanya nyolong video porno nya miyabi yang tentunya banyak mudhorotnya bagi generasi muda Indonesia..subhanallah..
copy from: 

IN MY BRAIN @ japan corner

6 Alasan Tinggalkan BlackBerry

6 Alasan Tinggalkan BlackBerry

Sejak memutuskan tidak lagi menggunakan perangkat BlackBerry, saya banyak ditanya teman dekat mengenai keputusan itu. Mereka seolah-olah terpukau.
"Emang lo bisa nggak pakai BB? Yakin?"
Pertanyaan di atas bukan tanpa sebab. Penduduk kelas menengah ke atas Indonesia, khususnya Jakarta memang mayoritas menggunakan BlackBerry sebagai telepon seluler utama mereka dalam berkomunikasi satu sama lain.
Tidak lagi menggunakan BlackBerry seakan meninggalkan sebuah saluran tempat kita terhubung dengan hampir seluruh orang di lingkungan terdekat.
Namun toh setelah dua bulan tidak lagi menggunakan BlackBerry, saya masih hidup normal. Semuanya baik-baik saja.
Mengapa saya mengucapkan selamat tinggal BlackBerry? Berikut alasannya.
1) Jaringan sering bermasalah Dua tahun lebih saya menggunakan BlackBerry sebagai perangkat utama, dua tahun pula saya harus berurusan dengan jaringan BlackBerry yang sering kali bermasalah. Entah siapa yang salah — operator lokal atau jaringan BlackBerry — komunikasi melalui BlackBerry Messenger kerap tersendat.
Akibatnya, pesan yang saya kirim lambat sampainya, mengakses Internet pun susah bukan main. Email? Sering tidak masuk.
Padahal sebagai pengguna BlackBerry, koneksi Internet adalah tumpuan utama komunikasi. Tanpa Internet, apa gunanya saya pakai BB? Hampir tidak ada.
2) Ketergantungan pada BBM Saking banyaknya BlackBerry digunakan, BlackBerry Messenger (BBM) menjadi alat komunikasi utama, menggantikan telepon. Alasannya mudah saja, BBM jauh lebih mudah dan murah dibanding telepon.
Banyak orang menganggap nomor telepon adalah perihal pribadi, namun tidak PIN BBM. Mereka lebih nyaman membagikan PIN BBM daripada memberikan nomor telepon.
Padahal BBM ternyata bukan tanpa cacat. Seperti saya sebutkan di poin satu, BBM juga sering mengalami masalah. Pengiriman pesan di BBM sering mengalami keterlambatan (pending messages) yang membuat gusar, apalagi jika dalam keadaan darurat.
3) Semua benci Broadcast Message Pernahkah Anda menerima BM berisikan "Test Contact, pls ignore.", atau "Teruskan pesan ini jika tidak kamu akan melarat seumur hidup", atau "Add temen aku yah, Joni, 21, ganteng!"?
Entah teknologi yang terlalu canggih, atau masyarakat Indonesia yang terlalu, ehm, kreatif. Fitur Broadcast Message yang memungkinkan Anda mengirim pesan ke seluruh kontak, sering disalahgunakan.
Bagi beberapa orang, mungkin hal semacam ini lucu, tapi saya tidak. Bayangkan bila 10 orang senantiasa terus-menerus mengirim pesan semacam ini setiap hari. Tidakkah kamu merasa terganggu?
Ada yang bilang, smartphone harus dimiliki oleh smart user (pengguna pintar). Namun sayangnya, untuk membeli smartphone orang tidak perlu ikut ujian terlebih dahulu.
4) Spesifikasi perangkat terbatas Masalah klasik BlackBerry adalah spesifikasi mesinnya yang terbatas. Untuk informasi, seluruh aplikasi di BlackBerry akan disimpan di dalam memori internal, bukan eksternal alias kartu memori.
Bayangkan sebuah mesin yang harus bekerja keras menjalankan begitu banyak aplikasi, namun hanya diberikan kapasitas otak kecil. Tak heran perangkat BlackBerry sering hang, dan kadang terasa panas.
Solusinya adalah mengutak-atik sistem operasi bawaan BlackBerry — dengan mematikan banyak fungsi dan sistem yang sebenarnya tidak dibutuhkan seperti pilihan bahasa, ringtone, dan software bawaan. Teknik yang lebih dikenal dengan nama “shrink OS” ini tidak mudah dilakukan sendiri. Salah-salah BlackBerry kamu bisa mati total.
5) Minim inovasi Entah karena inovasi dari RIM yang kurang, atau memang kebutuhan pengguna yang tidak meningkat, BlackBerry jarang sekali melakukan inovasi signifikan pada setiap perangkat barunya.
Berbeda dengan kompetitor, RIM seakan sadar betul bahwa tanpa perlu menambah kamera menjadi 10MP, atau kapasitas memori jadi 2GB, pengguna mereka akan tetap setia.
Konsumen BlackBerry umumnya membeli BlackBerry jenis terbaru hanya karena faktor gaya saja. Jarang yang membeli BlackBerry karena prosesornya lebih canggih, atau kameranya lebih bagus, atau OS-nya baru (malah sangat sedikit di antara mereka yang tahu bedanya OS BlackBerry).
6) Fungsinya bisa didapat di ponsel lain BlackBerry bukan satu-satunya telepon seluler di dunia ini. Bahkan, BlackBerry bukan satu-satunya ponsel pintar. Hampir seluruh fungsi yang dijalankan BlackBerry dapat dijalankan juga di ponsel pintar lain.
Telepon, SMS, email, jejaring sosial, kamera, merekam video, hingga mengedit foto bahkan bisa diproses dengan lebih baik di ponsel pintar lainnya. Sebut saja iPhone yang dapat mengambil foto dengan kualitas lebih tinggi. Dan Samsung Galaxy yang memiliki prosesor dengan kapasitas proses jauh di atas BlackBerry.
Salah satu fitur populer BlackBerry, BBM pun bukan tanpa kompetitor. Di saat RIM masih bergelut dengan lambatnya koneksi lokal, beberapa layanan di luar BBM semakin berkembang. Sebut saja Line, WhatsApp, Skype, KakaoTalk, hingga Yahoo! Messenger.
Itulah beberapa alasan saya meninggalkan BlackBerry. Kamu punya pendapat lain? Atau kamu justru berpendapat bahwa menggunakan BlackBerry adalah solusi yang tepat? Saya tunggu pendapat kamu di kolom komentar :D

 


Antara Bencana dan Prinsip Bangsa Jepang Menatap Masa Depan


REP | 16 March 2011 | 12:50 Dibaca: 910   Komentar: 13   5 dari 6 Kompasianer menilai inspiratif
1300254557964897568
Tulisan ini penulis buat berawal dari melihatnya tayangan televisi Jepang hari selasa malam (15/3), tentang seorang nenek tua berumur 86 tahun yang menyanyikan sebuah lagu yang penulis tidak ketahui judul dan apakah benar-benar lagu itu ada dan  terkenal di masa lalu.
Nenek renta yang selamat dari amukan bencana gempa bumi dan tsunami di prefecture Miyagi Jepang tersebut sambil menyanyi lagu dengan suara mengalun-alun, menatap lautan luas yang sudah tenang setelah galak kepada dirinya dan banyak penduduk sehingga menghilangkan dan menewaskan puluhan ribu jiwa.
Awalan yang seperti itu disambung dengan tulisan di harian Kompas hari ini (16/3) tentang bencana Jepang dengan judul “Ketangguhan Jepang Memukau Dunia” dengan menampilkan sebuah foto seorang ibu muda mengendong anaknya sambil memasak untuk keluarganya di depan reruntuhan rumahnya.
Dengan melihat dua kisah tersebut memang bisa penulis rasakan sebelum memukau dunia, pasti akan terlebih dahulu memukau hati-hati manusia yang menyaksikannya, siapapun mereka.
Nenek tua yang sebelumnya menyanyikan lagunya itu selanjutnya berjala di tepi laut dengan raut muka yang ceria sambil melihat pemandangan laut yang sudah tenang sambil memandang juga reruntuhan rumah-rumah di atas tanah bekas desanya.
Seperi yang dibaca penduduk dunia sampai detik ini, bahwa Jepang telah dan sedang diguncang tiga bencana besar sekaligus, yaitu gempa, tsunami, dan ancaman nuklir. Suatu bencana yang luar biasa yang sungguh menguras perasaan dan tenaga untuk mengatasi dampaknya.
Di dalam harian Kompas hari ini, yang judulnya telah penulis sebutkan di atas menuliskan bahwa ketangguhan Jepang menghadapi tekanan tiga bencana besar sekaligus tersebut telah memukau dunia. Reputasi internasional Jepang sebagai negara kuat mendapat pujian luas. Tak adanya penjarahan menguatkan citra “bangsa beradab”.
Pemerintah Jepang, Selasa (15/3), terus memacu proses evakuasi dan distribusi bantuan ke daerah bencana yang belum terjangkau sebelumnya. Seluruh kekuatan dan sumber dayanya dikerahkan maksimal ke Jepang timur laut, daerah yang terparah dilanda tsunami.
Jepang lalu mengabarkan drama amuk alam yang menyebabkan lebih dari 10.000 orang tewas dan 10.000 orang hilang itu ke seluruh dunia. Meski sempat panik, Jepang dengan cepat bangkit, mengerahkan seluruh kekuatannya, mulai dari tentara, kapal, hingga pesawat terbang. Jumlah tentara dinaikkan dua kali lipat dari 51.000 personel menjadi 100.000 personel. Sebanyak 145 dari 170 rumah sakit di seluruh daerah bencana beroperasi penuh.
Sekalipun kelaparan dan krisis air bersih mendera jutaan orang di sepanjang ribuan kilometer pantai timur Pulau Honshu dan pulau lain di Jepang, para korban sabar dan tertib menanti distribusi logistik. Hingga hari keempat pasca bencana, Selasa (15/3), tidak terdengar aksi penjarahan dan tindakan tercela lainnya.
Menghadapi kebutuhan akan dana rekonstruksi skala besar, Jepang masih menimbang tawaran internasional.
Membaca apresiasi atau penilaian masyarakat dunia tentang segi positif bangsa dan pemerintah Jepang menghadapi bencana dengan ketabahan dan kesiapan tersebut penulis rasanya ingin sekali membahas mengenai prinsip bangsa Jepang menatap ke depan khususnya yang berhubungan dengan bencana-bencana yang telah menimpanya.
Di Jepang, hampir semua orang tahu dengan prinsip atau kata-kata “maemuki” yang artinya “Menatap Ke Depan”. Arti kata menatap ke depan ini berarti bisa disamakan dengan menatap masa depan dengan tidak terlalu menyesali hal buruk yang telah menimpanya, karena hanya itulah satu-satunya cara untuk mencapai kebaikan dan kemajuan.
Ada lagi kata-kata penyemangat yang selalu diucapkan dalam usaha keras bangsa Jepang yaitu “Gambaru shika nai” yang berarti “hanya bisa dengan berusaha”. Kata motivasi luar biasa itu sering diucapkan kepada kawan, saudara maupun teman kerja untuk bangkit dari keterpurukan hidup yang ujud katanya bisa menjadi “gambatte kudasai” berarti “berusahalah” atau “gambarimashoo” yang artinya “mari berusaha”.
Kata-kata tersebut diatas, di Jepang kelihatannya sepele sekali bila didengar tetapi akan menjadi hal yang sangat luar bisa bila diucapkan terus menerus setiap saat kepada siapapun dari masa anak-anak sampai dengan nenek-nenek seperti halnya nenek renta tadi yang menyanyikan sebuah lagu sambil menatap laut yang tenang setelah menampakkan murkanya. Hal ini telah terwujud di Jepang saat ini dalam menghadapi 3 bencana besar sekaligus.
Penulis bisa gambarkan lagi di Jepang, kebanyakan orang Jepang malu mendapatkan bantuan dari orang lain atau pihak lain dalam setiap kegiatan hidupnya walau hal itu terkadang dianggap hal biasa oleh bangsa Indonesia, misalnya bila dibantu membawakan barang yang berat, dijemput dan lainnya. Pada prinsipnya budaya mereka mengajarkan untuk tidak merepotkan orang atau pihak lain dalam hidupnya, dan bila bisa melakukan hal itu dianggap suatu hidup mandiri yang baik dan terpuji.
Prinsip dalam budaya seperti itulah yang mempengaruhi sikap para pimpinan negara Jepang yang sangat tangguh menghadap masalah kehidupan seperti bencana gila  yang melanda akhir-akhir ini dan sulitnya pemerintah Jepang menerima uluran tangan dari pihak International sebelum benar-benar mengerahkan tenaganya sampa habis keringatnya juga.
Hal di atas bisa penulis tambahkan bahwa pemerintah Jepang dalam menghimbau seluruh rakyatnya untuk bersama-sama mengatasi keadaan darurat di negerinya seperti pada saat ini selalu mengatakan dan berharap memikirkan dan melakukan “dekiru koto” yang artinya “apa yang kita bisa”. Hal ini dalam rangka membangkitkan akan kepercayaan dan kemampuan diri manusia termasuk bangsa Jepang yang sebenarnya mampu mengatasi segala masalah jika berusaha benar-benar.
Seperti yang ditulis lagi dalam harian Kompas hari ini bahwa masih terlalu dini untuk memprediksi apakah pemerintah Jepang berhasil memulihkan keadaan dan ekonominya setelah bencana, tetapi dilihat dari jauh, rakyat Jepang memperlihatkan ketabahan saat krisis. Hal ini telah dan akan berbicara banyak soal Jepang yang sangat serius memikirkan kehidupan dan kemanusiaan masa lalu, saat ini dan pastinya di masa depan.
Salam dari Jepang yang sedang berduka
Gambarimashoo

Tori Minamiyama

TERVERIFIKASI Dari Negeri Sakura berusaha menghapus segala unsur kesedihan, bahaya dan kotor demi kehidupan yang lebih berarti. Suka bepergian kemana suka demi semburan nafas yang dahsyat dan sebuah semangat kehidupan...Menulis dan membagi pengalaman untuk bangsa!